Tugas 2

Nama : M. Saiful Anwar (11140240000064)
Tugas 2

المرأة السعودية في مجلس الإفتاء.. ما الذي سيتغير؟
سلط الكاتب ريتشارد نيلسن في صحيفة الواشنطن بوست الضوء على التحولات الملفتة والمتسارعة التي تشهدها السعودية في مجال حقوق المرأة. وتناولت الصحيفة الامريكية على وجه التحديد، قرار السلطات السماح للمرأة بإصدار الفتاوى بعد أيام من القرار المفاجئ الذي أصدره الملك سلمان بن عبد العزيز بالسماح للمرأة بقيادة السيارة.
ويقول صاحب المقال وهو الكاتب ريتشارد نيلسن إنه حاول دراسة كتابات السيدات المرشحات لتولّي منصب الافتاء، فوجد أنهن من المؤيدات للحكومة السعودية في مقاربتها لحقوق المرأة ومحاولة إيجاد تفاسير دينية لإجراءاتها وإملاءاتها في هذا المجال.
ويتوقع الكاتب أنه إذا ما تم تعيين تلك النساء المُفتيات، فانه لا ينتظر أن يستعملن سلطتهن الجديدة لتعزيز حقوق المرأة.
وحاول كاتب المقال أن يزيل اللبس العالق في أذهان الكثيرين الذين يربطون معنى الفتوى بتلك التي تم بموجبها إهدار دم الكاتب البريطاني من أصل هندي سلمان رشدي بسبب كتابه آيات شيطانية.
ويقول الكاتب في هذا الصدد، إن دراساته أظهرت بآن آلاف الفتاوى تخص الحياة اليومية مثل طريقة العبادة والخلافات الأسرية والطهارة وكيفية التعامل مع البنوك نظرا لحرمة الفوائد البنكية في نظر الفقهاء.
ويرى الكاتب بأن أكثر الفتاوى شهرة في موقع مثل Islamway.comلا تتعلق بالعنف بل بالجنس.
ويحاول نيلسن أن يقلل من أهمية القرار السعودي بالسماح للمرأة بالإفتاء بأن هذه الخطوة ليست خارقة، فقد كانت للمرأة المسلمة على مدى التاريخ مكانتها وكلمتها كما أن المرأة تقلدت مناصب دينية هامة في بلدان مثل المغرب وتر كيا.
ويقول الكاتب إنه بلا شك فأنه الحكومة السعودية قد درست مثل هذه التجارب ورأت أن خطوة تعيين النساء في مجلس الإفتاء لن تؤثر على سلطتهم.
ويرى الكاتب أن مجالس الإفتاء تقدم نوعا من الغطاء الديني لسياسات الدولة ولا تقدم آراء في المسائل الشخصية. ومن هنا تأتي أهمية دور المرأة المفتية حيث ستكون مؤهلة لإبداء رأيها وإصدار فتاوى في مسائل تتعلق بشؤون المرأة بحسب نيلسن.
ويتساءل الكاتب ما إذا كانت المُفتيات اللواتي سيتم تعيينهن ستدافعن عن حقوق المرأة.
ويقول إنه لا يتوقع أن يحدث أمر كهذا ويرى أن الفتاوى التي تصدرها نساء مفتيات وصفهن بالسلفيات ستكون بنفس مستوى التضييق على الحريات من الفتاوى التي يصدرها رجال.
ويقول الكاتب إنه درس كتابات 172 داعية من الرجال و43 من النساء على موقع اسمه Saaid.net وهو من المواقع الشهيرة في السعودية، فوجد أن تلك الكتابات لها نفس التوجه السلفي المحافظ حسب تعبيره.
ويضيف إن كتابات النساء في ذلك الموقع تركز على ثلاث مسائل: النساء، وتعليم الإسلام للنشء ومحاربة التأثير الغربي. كما تنتقد بعض الكتابات معاهدة الأمم المتحدة لحقوق المرأة بالإضافة مسألة الإجهاض بحسب الكاتب.
ويرى نيلسن بأن بعض المقالات النسوية في ذلك الموقع، تقلل من ظاهرة انتشار جرائم الشرف وأشكال العنف الأخرى ضد النساء وكل هذا حسب الكاتب باسم الدفاع عن الإسلام وحمايته من التأثير الغربي.
ويلفت نيلسن إلى أن الغرض من تعيين النساء في مجلس الإفتاء سيجعل منهن أحسن من يتحدث باسم المرأة ولكن في إطار الحدود التي تضعها السلطة الدينية في السعودية فتصبح المرأة المفتية تقول:
أنا امرأة ولا أريد ما يسمى بحقوق المرأة التي يعمل الغرب على تسويقها لنا”.
ويرى الكاتب أن إعطاء تلك النساء هذه الصلاحية لن يساهم في تعزيز حقوق المرأة في السعودية.
ويخلص الكاتب إلى أنه ورغم أنه لم يتم الكشف عن أسماء من سيدخلن مجلس الإفتاء فإن ثمن الحصول على مقعد داخل ذلك المجلس، سيكون عبر إثبات المرأة المفتية أنها أكثر تشددا من زميلها الرجل المفتي.
ويختم ريتشارد نيلسن بقوله: إن من يتحمسون لرؤية إشارات انفتاح حقيقي في السعودية سيصابون قطعا بالخيبة. فالمفتيات الجدد سيعترضن على منح المرأة حقوقها.
Perempuan Saudi di Dewan Fatwa .. Apa yang akan berubah?
Di Washington Post, penulis Richard Nielsen menyoroti perubahan dramatis dan akseleratif yang dilakukan Arab Saudi dalam bidang hak-hak perempuan. Secara khusus, surat kabar Amerika tersebut memberitakan keputusan Kerajaan tentang izin mengemudi bagi perempuan berupa fatwa yang muncul beberapa hari setelah keputusan mengejutkan Raja Salman bin Abdul Aziz yang mengizinkan wanita mengemudi.
Penulis artikel tersebut, Richard Nelson, mengatakan bahwa dia mencoba mempelajari tulisan-tulisan perempuan yang akan menduduki posisi di Dewan Fatwa dan menemukan bahwa mereka adalah pendukung pemerintah Saudi dalam pendekatannya terhadap hak-hak perempuan dan mencoba untuk menemukan interpretasi keagamaannya.
Ia memprediksi bahwa saat mereka sudah terpilih menjadi bagian Dewan Fatwa, mereka akan segera menggunakan wewenangnya untuk mempromosikan hak-hak perempuan.
Penulis mencoba menghilangkan kebingungan di benak banyak orang yang menghubungkan makna fatwa dengan kasus kehalalan darah penulis Inggris keturunan India,  Salman Rushdie karena bukunya Ayat-Ayat Setan.
Penulis mengatakan dalam hal ini bahwa studinya menunjukkan ribuan fatwa mengenai kehidupan sehari-hari, seperti tata cara beribadah, dinamika keluarga, taharah, dan transaksi bank terkait bunga bank yang diharamkan oleh para fukaha.
Penulis percaya bahwa fatwa yang paling terkenal di Islamway.com bukan tentang kekerasan tapi tentang seks.
Nielsen mencoba mengurangi urgensi keputusan Saudi untuk mengizinkan perempuan melalui fatwa, menimbang hal tersebut bukan fenomena luar biasa. Sepanjang sejarah, perempuan muslimah memiliki posisinya yang sesuai dan layak sebagaimana para perempuan di Maroko dan Turki yang menduduki posisi penting dalam bidang keagamaan.
Penulis mengatakan bahwa pemerintah Saudi tanpa ragu telah mendalami fenomena semacam itu dan memandang bahwa langkah memposisikan perempuan di Dewan Fatwa tidak akan mempengaruhi otoritas mereka.
Menurut pendapat penulis, Dewan Fatwa selama ini berperan sebagai lembaga agama yang menyoroti politik negara dan tidak mengeluarkan keputusan tentang masalah-masalah pribadi. Oleh karena itu, peran perempuan sebagai mufti sangatlah penting karena mereka memenuhi syarat untuk mengemukakan pendapatnya dan mengeluarkan fatwa mengenai isu-isu yang berkaitan dengan urusan perempuan
Penulis bertanya-tanya apakah mufti perempuan yang akan ditunjuk akan membela hak perempuan?
Dia mengatakan bahwa ia pesimis dengan hal itu. Ia percaya bahwa fatwa yang dikeluarkan oleh mufti perempuan, akan sama dalam hal pembatasan kebebasan seperti fatwa yang dikeluarkan oleh mufti laki-laki.
Penulis mengatakan bahwa dia mempelajari tulisan-tulisan 172 pria dan 43 wanita di sebuah situs web bernama Saaid.net, salah satu situs paling populer di Arab Saudi. Dia menemukan bahwa tulisan-tulisan ini memiliki orientasi Salafi konservatif yang sama.
Ia menambahkan bahwa tulisan perempuan di situs tersebut berfokus pada tiga isu: wanita, pendidikan Islam sejak dini dan perlawanan terhadap pengaruh Barat. Beberapa tulisan juga mengkritik Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Perempuan dan aborsi.
Nielsen percaya bahwa beberapa artikel wanita di situs tersebut mengurangi fenomena penyebaran kejahatan yang menodai kehormatan dan bentuk kekerasan lainnya terhadap perempuan atas nama membela Islam dan melindunginya dari pengaruh Barat.
Nielsen mencatat bahwa tujuan penunjukan wanita di Dewan Fatwa akan membuat mereka lebih baik dalam berbicara atas nama perempuan, namun dalam batas yang ditetapkan oleh otoritas agama di Arab Saudi,
"Saya seorang wanita dan saya tidak menginginkan apa yang disebut hak perempuan sebagaimana dipromosikan oleh Barat kepada kita."
Penulis menganggap pemberdayaan perempuan semacam itu tidak akan memberi kontribusi pada kemajuan hak perempuan di Arab Saudi.
Penulis menyimpulkan bahwa walaupun nama-nama mereka yang akan masuk ke Dewan Fatwa belum diumumkan, namun seleksi mufti perempuan akan lebih ketat daripada rekan mereka mufti laki-laki.

"Mereka yang opitimis dengan tanda keterbukaan nyata di Arab Saudi pasti akan kecewa," tutup Nelson. Para mufti perempuan yang baru akan keberatan dalam memberikan hak-hak perempuan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas 8

Tugas 3

Tugas 4